26.6.18

Grow - Foliage



Berawal dari mata lalu turun ke dompet. Begitulah kira-kira curhatan pecinta tanaman. Walau harganya gak semahal barang-barang lain, tapi jenisnya itu gak akan habis untuk dikoleksi. Kok ya bagus semua. Kok ya belum punya. Kok ya penasaran ga bisa rawatnya. Aduh bagaimana ini.

Setelah beberapa tahun hidup dengan tanaman hias akhirnya pasrah dan rela untuk tidak serakah. Diselingi dengan beberapa pengalaman pahit karena ditinggal mati duluan oleh tanaman-tanaman hias yang disuka. Tapi kehilangan itu adalah proses yah. Proses kita jadi realistis dan gak usah banyak mau.  bener gak. Kalo ga bener ya udah. berarti salah.

Jadi ini cuma mau berbagi beberapa tanaman yang kiranya masih dan pernah hidup di sekitar saya. Siapa tau bisa jadi panduan buat kalian-kalian yang masih serakah dan iri hati.



Ini tanaman hoya lope-lope itu lho. Ini juga bagus, tapi setelah beberapa daun dia akan tumbuh menjalar begitu, jadi harus dipotong-potong dan ditanam lagi. Diikuti dengan berdoa lagi.



Ini sesungguhnya sudah almarhum. Tapi dipublish saja untuk penghormatan terakhirnya. Tanaman ini sebenernya ga terlalu susah asal disiram tiap hari dan kena matahari. Hanya saja susah berbunga. Padahal waktu pertama beli bunganya banyak. Emang suka gitu kalo baru ketemu.



Saya pun sudah merelakan ketamakan saya kalau lihat begonia yang bejibun jenisnya. Ini yang kanan agak susah. Yang kiri lumayan berjuang untuk hidup.



Sedangkan begonia yang ini tiba-tiba saja meninggalkanku pergi. Kalau ingat rasanya masih sakit hati.



Favorit. Berkali-kali dilupakan tapi dia tetap beranak pinak. Itu baru namanya cinta.



Inipun cinta sama saya.



Yang ini juga cinta sama saya. Saya juga cinta sama dia. Jadi anak kami banyak.



Yang ini malu-malu tapi mau.



Yang ini sering terlupakan sama saya. Mungkin nanti saatnya dia akan memaafkan saya.



Ini juga favorit tapi beranaknya pelit. Pokoknya dia prinsip keluarga berencana dua anak cukup.



Ini saya juga suka tapi dia anaknya rumahan banget ga suka dipindah-pindah.

       

Lidah-lidah yang terbaik dan tak pernah mengecewakan. Lidah buaya dan lidah mertua.
Seperti membuktikan tulusnya cinta mereka lebih dari kejamnya penamaan dan sterotip sosial.
Lidah buaya dihadiahi oleh teman saya yang baik ika vantiani, kalau lidah mertua hasil potekan dari pinggir jalan. Yang sebenarnya warung orang, tapi sudah patah juga kok waktu itu. Suer.



Caladium itu seperti cinta lama yang tidak pergi-pergi. Di saat kita cinta-cintanya mereka pergi, di saat kita menyerah mereka kembali.



Ini juga menyenangkan tapi suka misterius. Seperti sesamanya tapi saya tidak mau ngejudge jenis yang itu.



Ini warnanya mentereng tapi dia maunya di bayang-bayang saja. Sungguh rendah hati.



Kaktus ini sudah sepuh berbelas-belas tahun umurnya. Sungguh bijak dia, gak pernah mati dan kuat bertahan apapun yang terjadi. Cinta sejati.



Ini genknya dia, semuanya gagah dan dewasa.



Kalau yang belakang baik dan murah hati, kalau yang depan agak ningrat.



Kusuka mereka karena mereka mandiri. Adapun kalau baru lahir warnanya merah sendiri. Jadi gemas buat dikecengin, kalo lagi lewat kita curi-curi pandang.



Seperti kupu-kupu yang sesungguhnya, cantik untuk dilihat tapi tak bisa dimiliki.. hahaha.



Yang dedaunan juga sebenernya oke, tapi karena mereka gampangan jadi saya agak meremehkan mereka. Dua jenis atas dan bawah ini bisa direndam dalam air dan tidak penuntut.



Udah ya segitu dulu. Lain kali saya update lagi kisah percintaan saya.
Copyright © 2014 Natanoja